Hargatiket masuk Candi Mendut sangat terjangkau, sekitar Rp10.000,00 per orang. Sementara tarif parkir untuk kendaraan roda dua sebesar Rp2.000,00 dan Rp5.000,00 untuk kendaraan roda empat. Fasilitas dan Aktivitas Candi Di tempat ini, Anda dapat mempelajari sejarah dan melihat relief candi Buddha ini secara langsung. 5 Jam Buka dan Harga Tiket Masuk Candi Mendut. Jam buka: 07.00 - 19.00 WIB Harga tiket masuk: Rp 10.000,00 per orang, belum termasuk biaya parkir. Ada wisata apalagi di Jogja? Selain wisata candi, Jogja sebagai kota wisata menyimpan beragam tempat wisata lain yang menarik dikunjungi. HargaTiket Masuk Wisata Candi Mendut - Jika kamu yang masih searching berita yang bersangkutan dengan Harga Tiket Masuk Wisata Candi Mendut Teranyar dapat kamu temukan pada postingan disini. Katalog Harga Promo pun kerap mempersediakan informasi Terhangat terkait dengan bermacam-macam Katalog Promo Terbaru, Promo JSM Terbaru, Harga Sepeda Motor Terkini, Harga Tiket, Harga Hp Terbaru, Harga Untuktiket masuk sangat terjangkau dengan menggunakan tiket terusan. Dua daya tarik wisata yakni Candi Mendut dan Pawon ini dikelola Pemkab Magelang. Untuk kunjungan wisatawan saat ini masih dibatasi di halaman candi dan tidak boleh naik candi. Dibukanya kembali dua daya tarik wisata ini dengan menerapkan protokol kesehatan. HargaTiket Masuk Candi Mendut sangatlah murah, yaitu Rp 10.000 per orang. Untuk biaya parkir kendaraan pribadi sepeda motor sebesar Rp 2.000, sedangkan untuk mobil sebesar Rp5.000. Harga ini sangatlah terjangkau dan sangat cocok bagi Anda yang tidak ingin menghabiskan banyak biaya hanya untuk liburan. Bhqk4. Magelang, - Ratusan umat Buddha bersama Biksu Sangha, Sabtu 3/6/2023 petang menggelar ritual pradaksina. Dengan berjalan kaki, mereka mengelilingi Candi Mendut yang berada di Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Pradaksina adalah kegiatan penghormatan dengan mengelilingi objek pemujaan seperti stupa, pohon bodhi, atau pratima Buddha sebanyak 3 kali. Penghormatan dilakukan bersamaan dengan meditasi sambil berjalan searah jarum jam, sehingga lokasi tempat suci bagi umat Buddha itu selalu berada di samping kanan umat. "Pada zaman sang Buddha belum ada persembahan bunga dan lain-lain. Sehingga salah satu cara menghormati Sang Buddha yang dengan mengelilinginya searah jarum jam, dan saat ini yang di sebelah kanan kita ya Candi Mendut," ungkap Biksu Dhamma Vuddho, Wakil Ketua Perwakilan Umat Buddha Indonesia Walubi pada Sabtu petang. Ritual pradaksin dilakukan para Biksu Sangha dan ratusan umat Buddha dengan membawa sejumlah kendi bersisi air berkah yang Sabtu siang diambil dari Umbul Jumprit, Temanggung. Air berkah yang sebelumnya juga disakralkan melalui doa-doa oleh perwakilan Majelis Umat Buddha dan para Biksu Sangha dibawa ke atas Candi Mendut untuk didoakan. Saksikan live streaming program-program BTV di sini Terpopuler, Shin Tae-yong Dikritik hingga Jokowi Cawe-cawe NASIONAL Rombongan Biksu Thudong Telah Kembali ke Negaranya Masing-Masing NUSANTARA Ribuan Umat Buddha dan Biksu Kirab Waisak dari Candi Mendut ke Borobudur NUSANTARA Anggota DPR Apresiasi Sambutan Masyarakat terhadap Biksu Jalan Kaki dari Thailand NASIONAL Ratusan Biksu Ikuti Prosesi Pengambilan Air Berkah di Jumprit Temanggung NUSANTARA Agenda Perayaan Waisak Biksu Jalan Kaki di Borobudur NASIONAL Direktur Pemasaran, Pelayanan, dan Pengembangan Usaha PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko TWC, Hetty Herawati kiri di Kawasan Candi Borobudur, Minggu 4 Juni. Mery-VOI MAGELANG - Penjualan tiket menonton pelepasan lampion saat puncak perayaan Waisak 2023 di Borobudur masih dibuka. Pengunjung dapat membeli tiket secara langsung di lokasi acara atau on the spot melalui Maingate Borobudur. Adapun penjualan tiket akan dibuka pukul tiket yang disediakan PT Aviasi Pariwisata Indonesia Persero atau InJourney melalui PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko TWC sebanyak Namun, kuota yang tersisa hingga Sabtu sore kemarin sebesar tiket saja.“Bisa dibeli tiket on the spot, jadi jam 5 itu akan ada tiket masuk ya untuk mereka yang ingin menonton dengan harga yang ungkap Direktur Pemasaran, Pelayanan, dan Pengembangan Usaha TWC, Hetty Herawati, saat ditemui di kawasan Borobudur, Minggu, 4 mengatakan jumlah lampion yang akan dilepaskan pada momen puncak perayaan Waisak tahun ini sebanyak lampion. Jumlah ini disesuaikan dengan jumlah tahun perayaan Waisak. BACA JUGA Lebih lanjut, Hetti menjelaskan InJourney dan TWC menyiapkan skenario agar umat Buddha yang beribadah bisa khusyuk. Kata Hetti, masyarakat bisa menikmati wisata di Candi Borobudur tanpa mengganggu umat yang beribadah.“Dan pada akhirnya yang ditunggu-tunggu adalah tanggal 4 malam akan ada lenter night atau malam lampion,” Holding BUMN Pariwisata dan Pendukungnya, InJourney memastikan keseluruhan rangkaian acara berlangsung aman, nyaman dan kondusif dengan menerapkan regulasi dan Standar Operasional Prosedur SOP keamanan yang baik. InJourney dan TWC, telah menetapkan regulasi yang berlaku pada perayaan sendiri berkoordinasi dengan Museum dan Cagar Budaya Kemendikbudristek, melakukan penutupan kunjungan di area pelataran atau halaman candi hingga naik monumen Candi Borobudur untuk regulasi Do and Don’t yang berlaku saat event Pelepasan LampionA. Hal-hal yang disarankan● Mengenakan pakaian berwarna putih Ageman Putih● Berpakaian sopan dan rapiB. Hal-hal yang tidak diperbolehkan● Membawa makanan dan minuman● Membawa senjata tajam, minuman keras dan obat-obatan terlarang● Membawa dan menerbangkan drone tanpa izin Lokasi Jl. Mayor Kusen, Desa Mendut, Kota Mungkid, Kabupaten Magelang 56501 Map Klik Disini HTM Sudah termasuk tiket masuk ke Candi Pawon Buka Tutup – WIB Bagi masyarakat Jawa yang akrab dengan kesenian tradisional Ketoprak, tentu mengenal salah satu lakon Ketoprak yang bernama “Roro Mendut”, seorang perempuan dari dusun terpencil yang menemui nasib malang justru karena kecantikannya. Dalam cerita klasik tersebut dituturkan bahwa Rara Mendut digelandang oleh Penguasa Pati, Adipati Pragola untuk dijadikan selir. Namun karena saat itu Kadipaten Pati hendak memisahkan diri dari Mataram, maka oleh bala tentara Sultan Agung diserang dan Pati berhasil ditundukkan. Seiring dengan hancurnya Pati, perempuan itupun diboyong ke Mataram dan oleh Sultan Agung dihadiahkan kepada Tumenggung Wiroguno yang menjadi panglima perang saat menaklukkan Kadipaten Pati. Karena usia Wiroguno sudah sangat tua, dia menolak diperistri dan meminta untuk diberi kesempatan mencari uang agar dapat menebus dirinya dari tangan Wiroguno. Caranya mendapatkan uang adalah dengan menjual rokok yang telah dia isap. Karena wajahnya yang sangat cantik, banyak laki-laki yang rela membayar mahal untuk membeli rokok yang telah dihisap oleh perempuan ini. Akhirnya, ada seorang laki-laki muda bernama Pranacitra yang jatuh hati kepadanya dan Mendutpun juga mencintanya. Hubungan asmara keduanya diketahui oleh Tumenggung Wiroguno, sehingga panglima perang kerajaan Mataram itupun murka dan menghabisi nyawa keduanya. foto by Kisah klasik yang kerap dijadikan skenario Ketoprak dan pernah diangkat dalam sebuah novel oleh Ajip Rosidi dan Romo mangun Wijaya tersebut, meski mengambil latar belakang jaman kerajaan dan setting di daerah Jawa Tengah, namun tidak ada hubungannya sama sekali dengan Candi Mendut yang ada di Kota Mungkit, Magelang. Candi Mendut adalah sebuah bangunan yang memiliki fungsi untuk mengagungkan Buddha oleh para pemeluk Buddha Mahayana, seperti halnya Candi Sewu yang ada di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten, Kalasan di Sleman, Yogyakarta dan Muara Takus di Kampar, Riau. Mendut yang memiliki bangunan dengan ukuran jauh lebih kecil dibandingkan Borobudur maupun Prambanan, bahkan lebih kecil dibandingkan Candi Sewu, namun senantiasa menjadi pusat perhatian, karena setiap tahun selalu dijadikan sebagai tempat peringatan Puncak Hari Raya Waisak bersama dengan Borobudur. Ratusan biksu dan ribuan umat Buddha dari seluruh penjuru tanah air, bahkan dari negara-negara tetangga berkumpul menjadi satu di pelataran Mendut untuk mengikuti rangkaian Prosesi Pradaksina. foto by Itu sebabnya Candi Mendut termasuk salah satu situs bersejarah yang keberadaannya sangat penting, utamanya bagi umat Buddha, dan masih difungsikan sebagai tempat ritual hingga saat ini. Karenanya menjadi sangat menarik untuk berkunjung dan melakukan napak tilas di Candi Mendut, selain berkunjung ke Borobudur, Prambanan serta situs bersejarah lainnya yang di DIY dan Jawa Tengah. Sejarah Singkat ❤️Selayang Pandang❤️Belajar Tentang Moral ❤️Harga Tiket Masuk ❤️Fasilitas Yang Ada❤️ Sejarah Singkat ❤️ Dalam deskripsi yang tertulis pada Wikipedia, berdasarkan isi Prasasti Karangtengah, Candi Mendut didirikan oleh Raja Indra dari Wangsa Syailendra yang berkuasa di Kerajaan Medang. Ketika itu Dinasti Syailendra tidak hanya berkuasa di wilayah Jawa Tengah saja, tapi juga di Sumatera, Cambodia sampai dengan India. Dalam Prasasti Karangtengah yang ditulis sekitar tahun 824 Masehi oleh Raja Samaratungga disebutkan bahwa sebuah bangunan suci yang bernama Wenuwana atau venu-vana hutan bambu telah dibangun oleh ayahnya yang bernama Raja Indra. Isi prasasti tersebut oleh de Casparis, seorang arkeolog dari Belanda dikaitkan dengan keberaaan Mendut dan ditarik kesimpulan bahwa bangunan suci bernama Wenuwana yang dimaksud tidak lain adalah Candi Mendut. foto by Pendapat senada juga disampaikan oleh Bhiku Pannyavaro dalam sebuah video dokumenter, yang dalam penjelasannya menyebutkan bahwa nama asli dari Mendut adalah “Venuvana Mandira” yang artinya “Istana yang berada di tengah hutan bambu”. Jadi tentang kapan waktu didirikannya candi dan bagaimana sejarahnya hingga saat ini masih belum diketahui, namun yang pasti sebelum tahun ditulisnya prasasti atau sebelum tahun 824 Masehi. Bangunan peninggalan Raja Indra ini ditemukan untuk pertama kalinya pada tahun 1836 dalam kondisi tertimbun semak belukar. Bangunan yang didirikan pada abad ke-9 ini saat itu kondisinya hancur total kecuali bagian atap, sehingga tidak ubahnya seperti serpihan-serpihan puzzle yang berserakan. Para arkeolog memperkirakan bahwa rusaknya Mendut tidak berbeda halnya dengan Borobudur, yaitu disebabkan oleh letusan Gunung Merapi yang dahsyat di tahun M, sehingga membuatnya porak poranda karena tertimpah material vulkanis dan selama berabad-abad terkubur, seiring dengan dipindahkannya pusat pemerintahan kerajaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. foto by Upaya untuk menyusun kembali puing-puing yang berserakan dilakukan pada tahun 1897. Namun upaya tersebut hasilnya tidak memuaskan, sehingga Brandes melakukan rekonstruksi sepanjang tahun 1901 – 1904. Rekonstruksi tersebut pada tahun 1908 diambil alih oleh Van Erp yang pengerjaannya bersamaan dengan rekonstruksi Borobudur. Melalui rekonstruksi itulah sebagian atap bangunan dapat disusun kembali dan disempurnakan dengan pemasangan stupa kecil yang menjadi hiasan atap candi pada tahun 1925. Dalam sebuah buku yang berjudul “Borobudur and Its Meaning” yang ditulis Caesar Voute disebutkan bahwa letak situs bersejarah ini terdapat di ujung Timur garis imaginer yang membentang dari Barat ke Timur sepanjang 3 km, melintasi Sungai Elo dan Sungai Progo yang menghubungkan 3 buah candi, yaitu Borobudur, Mendut dan Pawon. Banyak arkeolog yang membandingkan lokasi ketiga candi tersebut dengan lokasi sungai-sungai suci di India yaitu Gangga dan Yamuna. Dengan melihat kondisi geografis berupa sungai-sungai yang dikelilingi kawasan perbukitan dan pegunungan yang ada di kawasan ketiga situs tersebut, terlihat sangat mirip dengan yang ada di India. Kemiripan itulah kemungkinan besar yang menjadi bahan pertimbangan raja-raja pada masa lalu dalam memilih dan menentukan tempat didirikannya bangunan-bangunan suci bagi agama yang mereka anut yaitu agama Buddha. Selayang Pandang❤️ foto by Situs yang kental dengan corak Buddha ini berbentuk bujur sangkar seluas 13,7 x 13,7 meter2 dengan tinggi keseluruhan bangunan mencapai 26,40 meter. Bangunan Mendut bertumpu pada batur setinggi 2 meter sehingga terlihat kokoh dan anggun. Di atas permukaan batur terdapat selasar yang cukup lebar lengkap dengan langkan. Sementara dinding kakinya dihiasi dengan 31 buah panel berbentuk gambar sulur-suluran dan bunga yang cantik serta sejumlah relief yang memiliki cerita. Untuk bagian atap disusun oleh 3 kubus yang dikelilingi 48 kecil dengan bentuk semakin ke atas semakin kecil atau meruncing. Pada bagian dalam ruangan yang memiliki ukuran cukup luas, terdapat tiga buah patung atau Arca Buddha setinggi 3 meter, yaitu Dhyani Buddha Wairocana atau Buddha Sakyamuni dengan posisi duduk serta sikap tangan membentuk dharmacakramudra seolah sedang memberikan wejangan atau menyampaikan ajaran, di depannya terdapat Arca Bodhisattva Avalokiteswara Buddha penolong manusia yang juga duduk namun dengan kakim kiri terlipat dan kaki kanan menjuntai ke bawah dan bertumpu pada bantalan teratai kecil, serta Arca Maitreya Bodhisatwa pembebas manusia yang duduk dengan posisi tangan membentuk simhakamamudra. foto by Berbeda dengan bangunan candi Hindu dan Buddha lainnya di Indonesia yang arahnya menghadap matahari terbit, arah situs bersejarah yang satu ini menghadap ke Barat Laut. Sedang material yang digunakan berupa batu bata yang ditutup batu andesit. Tidak jauh dari tempat berdirinya candi, terdapat pohon Bodhi berbatang besar dengan daun yang rindang. Bagi umat Buddha, Pohon Bodhi dipercaya sebagai tempat Siddharta Gautama memperoleh penerangan yang sempurna. Mendut Temple secara administratif terletak di JL. Mayor Kusen, Desa Mendut, Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, 56501, dengan titik koordinat 7°36′17,17″LU 110°13′48,01″BT . Lokasinya yang dekat dengan jalan raya membuat tempat wisata sejarah ini sangat mudah dijangkau, baik dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Apalagi jarak situs ini dengan Borobudur hanya sekitar 3 km ke arah Timur atau sekitar 1,5 km arah Utara dari Candi Pawon. Bagi pengunjung yang berangkat dari Kota Jogja, tinggal menyusuri jalan Yogyakarta – Magelang hingga tiba di Mungkit. Sesampai di traffic light, akan Anda temukan rambu petunjuk jalan menuju Borobudur yang berada di sisi kiri jalan. Ikuti arah yang ditunjukkan rambu tersebut, dan sebelum sampai Borobudur, Anda sudah dapat menemukan alamat yang dituju yang berada di sebelah kanan jalan. Belajar Tentang Moral ❤️ foto by Sebagai objek wisata sejarah, budaya serta religi, Candi Mendut menarik untuk dikunjungi bersama keluarga karena selain dapat belajar tentang sejarah masa lalu juga dapat belajar tentang moral melalui relief-relief yang terpahat pada dinding temple. Karena rerief-relief tersebut fungsinya tidak hanya sekedar sebagai hiasan untuk mempercantik bangunan, tapi juga mengandung nilai-nilai history dan makna filosofi kehidupan. Itu sebabnya pada saat berkunjung sangat disarankan untuk ditemani Pemandu Wisata yang dapat memberikan informasi seputar keberadaan situs termasuk memberikan keterangan tentang makna atau gambaran cerita yang terkandung pada relief-relief yang terpahat di dinding. Terdapat sejumlah kisah, riwayat, legenda dan mitos pada relief-relief yang ada di dinding bangunan bercorak Buddha ini. Salah satu diantaranya menghiasi dinding pipi tangga yang menampilkan cerita Pancatantra dan Jataka. Pancatantra merupakan salah satu karya sastra dunia yang ditulis pada abad pertama Masehi dan populer di wilayah Kashmir serta India. Karya sastra ini bercerita tentang Wisnusarma, seorang brahmana yang mengajari ketiga anak Prabu Amarasakti tentang kebijaksanaan duniawi dan kehidupan. foto by Ilmu yang diajarkan tersebut tertuang dalam 5 buku, karena itu disebut Pancatantra yang artinya “lima ajaran”. Ciri khas dari ajaran Pancatantra ini diungkapkan dalam bentuk fabel atau cerita dengan menggunakan tokoh binatang. Sehingga relief-relief yang jumlahnya sebanyak 31 panel di dinding situs ini banyak yang berbentuk binatang, begitu juga dengan tema dari masing-masing cerita, seperti “Angsa dan Kura-kura”, “Brahmana dan Kepiting”, “Dharmabuddhi dan Dustabuddhi” serta Dua Burung Betet yang Berbeda”. Untuk melihat, mengidentifikasi dan mempelajari secara runtut semua relief yang menghiasi dinding, pengunjung harus melakukan pradaksina atau berjalan searah jarum jam. Selain relief, terdapat benda-benda bersejarah lainnya yang ada di dalam candi, diantaranya adalah Arca tiga Buddha, yaitu Arca Cakyamuni, Arca Avalokisesvara dan Arca Maitreya, stupa-stupa yang berjumlah 48 buah yang terdiri atas 24 stupa di tingkat pertama, 16 stupa pada tingkat kedua dan 8 stupa pada bagian paling atas. Terdapat pula stupa yang bentuknya memanjang ke atas menyerupai silinder serta masih banyak stupa yang belum teridentifikasi dan masih direkonstruksi yang ditempatkan di sebelah Utara candi. Itu sebabnya, meski wujud bangunan saat ini sudah mendekati bentuk aslinya, namun seperti apa wujud candi yang sebenarnya, hingga kini masih tetap menjadi misteri. Selain itu, di dalam kompleks bangunan juga terdapat jaladwara atau s